Menteri ESDM Sudirman Said melakukan inspeksi di PLTP Muara Laboh, Sumatera Utara milik PT Supreme Energy. (Foto detikcom).
Jakarta – PT PLN (Persero) diminta untuk mempercepat negosiasi ulang harga jual listrik dengan PT Supreme Energy Muara Laboh untuk pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Muara Laboh di Solok Selatan, Sumatera Barat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menilai percepatan negosiasi bisa menjamin tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTP sebesar 80 megawatt (MW) dapat segera dinikmati masyarakat.
“Kita memiliki potensi besar geothermal, bahkan para ahli kita mengatakan 40 persen sumber geothermal dunia ada di Indonesia. Kalau tidak ada breaktrough dalam menyelesaikan proyek-proyek geothermal yang ada, maka investor yang bonafide tidak akan tertarik untuk masuk,” ujar Sudirman saat mengunjungi PLTP Muara Laboh, Sabtu (28/11), dikutip dari laman Kementerian ESDM.
Untuk mempercepat pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi alternatif secara masif di Indonesia maka semua kendala yang menghambat harus segera diselesaikan.
“Saya minta PLN mempercepat proses negosiasi dengan pihak pengembang bukan saja terkait PLTP Muara Laboh, namun juga beberapa pembangkit lain dengan memperhatikan kondisi dan perkembangan terkini,” kata mantan bos PT Pindad (Persero).
Percepatan proses negosiasi ini diyakini akan menggairahkan iklim investasi panas bumi. Apalagi, panas bumi akan menjadi andalan dalam membangun energi baru terbarukan.
CEO PT Supreme Energy Supramu Sentosa menambahkan, saat ini proses negosiasi ulang harga jual-beli listrik untuk PLTP Muara Laboh dengan PLN masih terus dilakukan. Ia menilai proses negosiasi sudah cukup lama tertunda.
“Investasi pembangunan infrastruktur seperti pembukaan jalan akses Muara Laboh akan jadi pemicu bagi proyek proyek geothermal yang lain, jika proses negosiasi dapat segera tuntas,” kata Supramu.
PLTP Muara Laboh di Sumatera Barat pengembangannya telah dimulai sejak kegiatan survei di 2008. Supreme Energy saat ini telah merampungkan pengeboran delapan sumur dengan temuan cadangan terbukti sekitar 80 MW dari perkiraan awal 220 MW. Menurut Supramu, total investasi yang sudah dikeluarkan perusahaannya mencapai US$ 130 juta. (gen/CNNindonesia)