Solsel - Koperasi Bina Karya Makmur (BKM) yang berlokasi di nagari pemekaran Pekonina Alam Pauh Duo, kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan, telah dirasakan keberedaannya oleh masyarakat sekitar terutama anggota kopersi BKM itu sendiri. Koperasi yang beranggotakan 59 KK yang berasal dari masyarakat terdampak proyek PLTP tersebut merupakan salah satu program CSR PT SEML di sektor Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berjudul Lifelihood Restoration Program (LRP)atau program perbaikan kehidupan masyarakat.
Menurut Bujang Joan Dt Maninjun sebagai Relations Spv Supreme Energy yang ditemui fajarsumbar.com saat pemantauan kegiatan koperasi BKM ini, Jumat (22/10/2021).Program LRP ini telah memasuki tahun ke tiga, dan betul-betul dilaksanakan secara berkelanjutan (sustanaible).
Pemilihan masyarakat yang menjadi sasaran program ini di dasarkan pada based line study yang dilakukan oleh tim peneliti Universitas Andalas, bahkan untuk pendampingan program ini PT SEML menggandeng Anwar Muhammad Fondation sebagai konsultan pendamping yang sudah teruji kehandalannya menangani masyarakat terdampak tsunami di Aceh dan masyarakat terdampak pembangunan jalan tol di pulau jawa.
Sudah tahun ke tiga AMF membidani program CSR dibidang pemberdayaan di lingkungan PT SEML ini, baik pendampingan teknis sampai administrasi dan pelaporan.
Terbentuknya koperasi BKM sendiri merupakan perjalanan panjang, yang mana sebelumnya didahului dengan pembentukan 3 kelompok usaha bersama (KUBE), dan secara berkelajutan juga telah dilakukan pelatihan pertanian, manajemen rumah tangga, pembuatan pupuk organic.
Bantuan atau inkine diberbagai sektor sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh keluarga masing-masing seperti bantuan modal untuk warung, pembelian bibit pertanian, pupuk, ternak kambing, bebek, ayam, banyak lagi, bahkan jauh sebelumnya PT SEML juga telah membangun Pasar Tradisional Kampung Baru sebagai sarana pemasaran produk petani.
Tidak tanggung-tangung bahkan saat ini PT SEML telah membangun demplot yang disebut dengan APPT Area Percontohan Pertanian Terpadu seluas 2 ha, yang dilengkapi dengan sarana Saung, Kolam Ikan, sawah, rumah Kompos dan kebun sebagai sarana petani mengembangkan kreativitas dan kemampuan mereka, termasuk membedah 10 rumah masyarakat.
Ketika ditanya tentang target dari program LRP ini menurut Bujang Joan Dt Maninjun yang juga ketua Forum CSR Solok Selatan ini, Insya Allah akhir dari tahun ke 3 ini 59 KK yang menjadi sasaran program ini akan terbebas dari status rentan atau diatas standar kemiskinan skala kabupaten.
Saat ini kita lagi menunggu laporan penelitian sosial oleh lembaga yang memiliki kewenangaan dalam hal ini, dan tahap berikutnya kita akan mengembangkan bidang usaha koperasi ke sektor yang lainnya sambil kita lakukan penguatan kelembagaan dan kapasitas pengelolanya.
Indratno sebagai pengurus koperasi Bina Karya Mandiri (BKM) Jorong Pekonina saat ditemui di sela kegiatannya mengawasi pengelolaan kopi menyatakan, saat ini koperasi BKM telah berhasil menampung kopi petani sekitar rata-rata perharinya bisa mencapai 1 ton.
Kopi pelangi hasil kebun petani tersebut mereka olah dengan melibatkan 8-12 tenaga kerja ibu-ibu, sebelumnya harga kopi mereka dihargai oleh tengkulak 17.500 rupiah per kilonya di pasar, dengan cara di olah dengan benar sekarang mereka harga jual kopi mereka mencapai 22.250 rupiah perkilonya.
Bahkan saat ini tengkulak tidak berani lagi menekan harga mereka, selisih harga tersebutlah yang mereka nikmati sebagai upah kaum ibu dan sisanya untuk koperasi, sementara bapak-bapaknya tetap ke kebun seperti biasa.
Ternyata melalui berkoperasi hal-hal sederhana yang menurut kami sebelumnya tidak penting, saat ini menjadi besar pengaruhnya dalam kehidupan kami, terutama untuk pengembangan wawasan dan peningkatan kesejahteraan kami ujar Indratno dengan bersemangat. (Abg)
Sumber: https://www.fajarsumbar.com/2021/10/koperasi-bina-karya-makmur-binaan-pt.html