Minggu, 02 Februari 2014 | 13:48 WIB
TEMPO/Arie Basuki
TEMPO.CO, Palembang - PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) sedang menggarap tenaga panas bumi atau geotermal yang terdapat tiga wilayah Sumatera Selatan. Lokasi geothermal tersebut terletak di Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, dan kota Pagar Alam. Dari Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) itu, PT SERD memprediksi dapat menghasilkan energi hingga 2x110 MW.
Presiden Komisaris PT SERD, Supramu Santoso menjelaskan, energi yang dihasilkan oleh perusahaannya akan dijual pada PT. Perusahaan Listrik Negara. Besok, Senin, 3 Februari 2014, PT SERD bersama PT PLN dan Pemda setempat akan memulai penajakan di sumur eksplorasi Rantau Dedap. "Penajakan sumur eksplorasi pertama akan dilaksanakan bersama PLN dan Pemda Senin besok," kata Supramu Santoso, Minggu, 2 Februari 2014.
Supreme Energy Rantau Dedap merupakan konsorsium antara tiga perusahaan berkelas dunia masing-masing Supreme Energy, GDF Suez Energy International, dan Marubeni. Menurut Supramu, PT SERD yang berdiri pada 1 Juli 2008, sudah memulai Kegiatan pra-eksplorasi semenjak 2010. Saat ini sudah menyelesaikan survei pendahuluan, survei topografi, dan survey Gempa Bumi Mikro (MEQ).
Dia optimistis target 2X110 MW dapat dicapai sesuai dengan kontrak yang tertera dalam PPA (Power Purchased Agreement) antara PT SERD dan PT PLN pada 12 November 2012. Kegiatan penajakan sumur sebagai salah satu proses pembuktian adanya geotermal di lokasi tersebut. "Kegiatan pemboran eksplorasi kami lakukan untuk membuktikan potensi panas bumi di wilayah Rantau Dedap."
Sementara itu Kepala Dinas Pertambangan dan energi Sumatera Selatan, Robert Herry menjelaskan, PT SERD merupakan salah satu perusahaan yang mengeksplorasi panas bumi di Sumatera Selatan. Sebelumnya sudah ada PT Pertamina Geothermal dan Energy (PGE) yang melakukan pengeboran sumur di Lumut Balai, Kabupaten Muara Enim. Menurutnya, berdasarkan sejumlah penelitian para ahli, cadangan tenaga panas bumi di Sumatera Selatan merupakan yang terbesar di Indonesia. "Potensinya masih sangat banyak sementara penggarapannya belum terlalu optimal," kata Robert.
PARLIZA HENDRAWAN